Urban Loneliness
Kasus Urban Loneliness pada mahasiswa/i rantau.
Penelitian ini melibatkan tiga mahasiswa rantau di Bali — CL, AT, dan PP — yang sama-sama mengalami kesepian selama kuliah jauh dari keluarga.
CL merasa hampa dan kesepian karena kehilangan kehangatan keluarga. Ia sering merasa sendiri saat ulang tahun dan tahun baru, sulit tidur, dan kehilangan motivasi. Untuk mengatasinya, CL sibuk mengikuti kegiatan kampus dan bekerja part-time.
AT merasa kesepian meskipun di tengah keramaian karena tidak punya teman dekat di kos. Ia jadi lebih sensitif dan susah tidur. AT mengatasinya dengan memperbanyak interaksi sosial dan menulis jurnal (journaling) untuk menenangkan diri.
PP merasa kesepian karena tidak ada orang yang bisa diajak berbagi cerita atau bertanya tentang lingkungan baru. Ia belajar menerima kesepiannya sebagai bagian dari proses hidup mandiri.
source: Portal Jurnal Peneliti.net
Definisi urban loneliness.
Urban loneliness adalah perasaan kesepian yang dialami individu yang tinggal di lingkungan perkotaan padat dan modern. Meskipun dikelilingi banyak orang dan aktivitas sosial, individu tetap merasa terasing, tidak terhubung secara emosional, dan kurang memiliki hubungan yang bermakna. Fenomena ini sering muncul akibat gaya hidup serba cepat, individualisme tinggi, kurangnya interaksi sosial yang mendalam, serta tekanan hidup di kota besar.
source: Chatgpt.
Penyebab Urban Loneliness
1. Hidup serba cepat dan individualistis
Kota besar cenderung menuntut orang untuk sibuk mengejar karier dan target pribadi, membuat hubungan sosial jadi dangkal atau jarang terjalin.
2. Minimnya interaksi tatap muka
Banyak komunikasi sekarang berlangsung lewat layar. Meski sering berinteraksi online, hubungan sosialnya kurang hangat atau bermakna.
3. Mobilitas tinggi dan jarang di rumah
Warga kota sering berpindah tempat untuk kerja, kuliah, atau aktivitas lain, jadi sulit membangun komunitas atau pertemanan jangka panjang.
4. Lingkungan kompetitif dan penuh tekanan
Persaingan di dunia kerja atau pendidikan bikin banyak orang merasa terisolasi atau tidak cukup baik dibanding orang lain.
5. Kurangnya ruang sosial dan rasa kebersamaan
Ruang publik seperti taman atau tempat nongkrong terbuka sering digantikan gedung dan mall, membuat interaksi spontan antarwarga berkurang.
Source:
Triwahyuni, N. et al. (2025). Measuring multidimensional loneliness in Indonesia. ScienceDirect.
BPS (2023). Statistik Sosial dan Urbanisasi di Indonesia.
Cacioppo, J. & Patrick, W. (2008). Loneliness: Human Nature and the Need for Social Connection. W.W. Norton & Company.
The Jakarta Post (2024). Urban life and the growing sense of isolation among youth.
IJMHS (2019). Loneliness correlates and mental health in Indonesia.
Dampak Urban Loneliness.
1. Kesehatan mental menurun
Rasa sepi berkepanjangan bisa memicu stres, depresi, dan kecemasan sosial.
2. Kesehatan fisik ikut terdampak
Orang yang kesepian cenderung kurang tidur, mudah sakit, dan berisiko tinggi terhadap penyakit jantung.
3. Produktivitas menurun
Kesepian bikin seseorang sulit fokus, kurang motivasi, dan performa kerja atau belajar jadi turun.
4. Hubungan sosial jadi renggang
Orang yang merasa kesepian bisa menarik diri dari lingkungan, membuat hubungan dengan teman atau keluarga memburuk.
5. Dampak ke orang sekitar
Orang terdekat bisa ikut merasa lelah secara emosional, bingung cara membantu, atau akhirnya menjauh karena komunikasi jadi sulit.
Source:
ScienceDirect (2025), WHO (2023), Cacioppo & Patrick (2008).
Solusi Urban Loneliness.
1. Bangun komunitas lokal & ruang publik
Bikin taman kota, acara sosial, atau komunitas hobi biar orang punya tempat buat berinteraksi nyata.
2. Perbaiki work-life balance
Kurangi jam kerja berlebih dan luangkan waktu buat bersosialisasi.
3. Tingkatkan edukasi kesehatan mental
Kampanye publik bisa bantu orang lebih sadar pentingnya koneksi sosial.
4. Gunakan teknologi dengan bijak
Manfaatin media sosial buat bangun relasi positif, bukan cuma hiburan.
5. Desain kota yang ramah manusia
Tambah area pejalan kaki, kafe terbuka, dan ruang bersama yang inklusif.
Source:
ScienceDirect (2025), The Jakarta Post (2024), WHO (2023).
Nama kelompok 1:
-Keisa Nabila Al Mumtaz(14)
-Jihan Ulfah Talita(13)
-Alifa Nur Azizah(3)
-Desvanaya Al Ardina P.Y.(7)
-Mathea Rayna Mahfudz(16)
-Jihan Fidelya Ramadhani(12)
Komentar
Posting Komentar